Jika perpisahan menyisakan tangis, maka pertemuan harus disadari
sementara dan kepemilikan harus dimaknai hanya titipan. Namun, tetap
saja cinta dan rindu bukan titipan, dia
lahir karena ada hati, maka jagalah hati agar bisa bermain rasa sesuai
dg aturan pemilik hati. Sehingga tangis hanya sebentar mengantarkan
kepergian, sementara.Ada pelangi datang lebih dulu
Dari hujan yang belum reda
Ada sedu dan rindu
Datang lebih sering
Dari pelangi di musim hujan
Ada sedu dan rindu
Datang lebih sering
Dari pelangi di musim hujan
Tentang hidup kita yang semakin beranjak,
menyusuri jalan menjauhi rumah dan halaman
Tabahlah menghadapi kefanaan, berusaha mengemudi “hidup” sesuai tujuan penciptaan
Kelak, panggilah, saling memanggil nama-nama kecil kita, nama ibu dan bapa,
Panggilah namaku jika tak kalian temukan aku di Syurga
Tentang rindu yg bersahutan dalam puisi, maka kita pahami bahwa kita
saling mencintai meski kala kanak dulu sering kita membuat ibu marah
karena pertengkaran. Kita menyadari, semakin tumbuh dewasa, semakin jauh
dari tanah kelahiran, dari tempat kita dibesarkan. Semakin dewasa kita,
semakin jarang wajah ibu dan bapak kita pandang. Diantara kejauhan kita
menyadari betapa penting kehadiran ibu dan bapak, namun kita sadar
diri bahwa dewasa tanda kita harus mandiri. Kenanglah sejenak
masa- masa ketika kita merasa ibu dan bapak tdk menyayangi kita karena
tak di belikan mainan atau dipukul karena bermain terlalu lama.
Sadarilah, bahwa kita melupakan tentang satu hal, doa terbaik dari
mereka. Lalu, tak usah menyimpan dendam.
Kini, kita terpisah jarak,
ada banyak kesibukan sebagai alasan u tetap menetap d perantauan.
Namun, harap terbesar adalah syurga menjadi tempat terbesar perkumpulan
kita. Shalehlah, saatnya kita menshalehkan diri kita di tempat masing-
masing, agar kelak syurga menjadi saksi kasih sayang antara kita.RimaGaniNisa yang mulai terbang, jauh, sendirian~
No comments:
Post a Comment