Monday, November 16, 2015

Di atas gantungan



Jadi setelah jatuh bangun, kamu benar-benar bangun
Bangun, membuka mata dan memilih benih untuk ditanam. Terbaik, benih yang sangat penting untuk ditumbuhkan.
Tak perlu panjang lebar diceritakan lagi kisah kisah haru dan kesusahan untuk bangun sekarang. Cukup aku bilang itu adalah masa-masa pancaroba. Pada akhirnya aku bangun kan? Bersyukur pada Tuhan. Meskipun bangunku kesiangan, pada usia yang 21 tahun sekarang.
Ah ya! Benih itu yang paling penting. Setelah memilih benih aku terlanjur merasa senang sampai-sampai aku keluar rumah dan menyapa semua orang. Menyapa sampai larut malam hingga pagi buta, belum cukup puas dengan menyapa, kulanjutkan dengan mengintip laku-laku para tetangga. Aku ingin melihat apakah benih mereka lebih bagus dari punyaku? Bagaimana mereka bahagia dengan benih yang menurutku tidak lebih bagus dari benih yang ku pilih kemarin malam?
Dari RT ke RT, Kampung ke Kampung aku berkelana, sampai-sampai lupa benih yang kutinggal dirumah, hingga aku menemukan seseorang yang memiliki benih yang sama dengan yang kupunya, tapi aku sangat terpukau, benih miliknya telah membesar, setiap saat membesar, bahkan berdaun, berbunga dan hampir akan berbuah. Bunganya, sangat indah dan berwarna-warni. Aku sangat terpesona. Lalu teringat benih kecil dirumah. Teringat kalau lupa ditanam, disiram, dinyanyikan.

Aku kembali, menginsyafi kelalaian bahwa benih itu adalah sesuatu yang kamu dapatkan di awal, dia akan menjadi sebenar benarnya guna ketika kamu menumbuhkannya, membentuk akan tumbuh jadi apa.
Dan beberapa kelalaian lain yang aku sadari, kita hanya harus memupuk keyakinan tentang pilihan. Kamu telah memilih sesuatu yang Tuhan katakan terbaik! Maka cukuplah bagimu semua jaminannya, tak usah kau menengok dan merasa haus akan warna kembang yang lain. Beberapa lama memelajari beragam bentuk manusia seharusnya cukup membuat kamu paham bahwa setiap orang mempunyai kecenderungan dan karya yang berbeda, setiap orang hanya layak dibandingkan dengan dirinya sendiri, lampaunya dan dia saat ini. Kita juga paham bahwa dunia selalu punya pesona paling picik untuk memikat, lalu menjerat, kemudian menggulung dan menghinakan para hamba.
Terkadang sebuah jiwa merasa tidak puas dengan dirinya sendiri karena ia belum mengenal baik tumpuannya, tujuannya. Terkadang kita tidak cukup kuat melawan godaan halus para setan.
Pertama tama agar kau tidak melulu melihat yang lain, kamu harus meluruskan pandangan pada dirimu sendiri, lalu kamu menetapkan titik tempat tujuanmu bersemayam, langit! Dimana kerajaan Tuhanmu berdiri, lalu kamu tarik garis dari titik tempatmu berdiri menuju langit diatas sana. Nah, selama hidup ingat ingat tali itu, pegang erat-erat. Semua kebutuhan keluhan, harapan, bahan bakar, dan semua kisah hidup sampaikan saja kesana. Pegang erat erat, kemanapun ia membawamu, kamu ikut, setidaknya membuatmu mawas setiap harinya, siapa, bagaimana, kemana, kapan, mengapa, dan apa sebenarnya kita.

Motivation is what u get started, habit is what u keep going.-unknown
Iman adalah mutiara didalam hati manusia lalu kamu harus bergerak menuju panggilan panggilan agar sampai pada titik ketetapan akhir yang sudah dituliskan dengan benar benar selamat.
“dan barang siapa yang berserah diri kepada Allah sedang dia berbuat kebaikan, sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan”

No comments:

Post a Comment

 
blogger template by arcane palette