Just Repost my old spirit when i was in 3’rd on senior highschool :) Rindu
" Banyak yang merasa puas bermain dengan kue lumpur padahal seharusnya mereka membuat kue malaikat.
Banyak yang membangun gubuk padahal seharusnya mereka membangun istana " (Dr. M. E. Dodd)
Mimpi, sebuah kata sifat dengan arti “angan”,
berbeda arti dengan impian meski berkata dasar sama, menurut Buku Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai
Pusat Bahasa artinya adalah “cita-cita
(keinginan) yang mustahil atau susah dicapai”.
Pada umumnya manusia, kebanyakan manusia
yang saya kenal, termasuk saya sendiri, adalah orang-orang yang kepribadiannya
didominasi oleh lingkungan. Dibesarkan dalam lingkungan yang tidak mengenali
saya, membuat saya sulit berinteraksi dan cenderung menutup diri serta
kadang-kadang sangat rendah diri jika berada diluar kandang. Beruntung hal itu
tidak berlanjut hingga sekarang. Dengan sedikit memberanikan diri saya beralih
dunia, hijrah menghirup udara SMA dengan atmosper yang berbeda. Masih
sepertinya sebelumnya, saya sangat ketakutan ketika memperkenalkan diri, dan
mulai terobati selama dua tahun lebih saya menginjakan kaki di sini. Apa yang
saya lihat dan rasakan selama mengisi kelas adalah banyak orang dengan banyak
angan. Kami berproses bersama dalam dunia tanpa nama. Saya bukan orang yang
bersinar disini, namun tak ada bedanya. Semuanya berjalan dengan fungsinya
masing-masing. Meski saya belum begitu mahir memainkan peran, setidaknya tak
ada lagi ketakutan saat harus presentasi ataupun diskusi. Sebuah kemajuan yang
saya rasa berharga mahal didunia saya yang dulu.
Dan inilah saatnya, waktu untuk bergegas
meninggalkan masa SMA menuju hal yang lebih membuka kedewasaan. Jadi apa
mimpimu? Atau apa impianmu?. Sulit menjawab karena memang tak ada tujuan.
Terlalu takut untuk bermimpi, dan selalu tersandung kata bingung. Dulu, yang
saya inginkan adalah hal-hal yang tidak banyak resiko. Sebuah profesi dengan
gepokan uang diakhir bulan. Dan dulu, bagi saya sebuah mimpi adalah profesi
yang menjamin hidup enak sampai usia manula.
Sebuah mimpi murahan seorang pecundang. Saya harus menahan tangis ketika seorang
teman berutara ingin menjadi ahli gizi. Kenapa? Dia bilang karena dinegeri ini
banyak orang bergizi buruk. Niat yang suci, mimpi yang menjemput senyuman
banyak orang. Kami cukup dekat dan saya tidak pernah menyangka mimpinya itu
semantap elang menyambar ikan. Terus berburu sampai mulutnya mencengkram
sesuatu.
Dan saat itu pula saya bergegas menguras otak, dan
mengetuk hati. Tekad saya adalah meluruskan niat dan memperbaiki mimpi. Saya
sadar ternyata, saya masih merasa sekerdil pohon toge. Dan saya hanya sanggup
berangan saja, bermimpi saja. Saat itu, universitas yang akan saya pilih adalah
universitas yang biasa-biasa saja. Sekali lagi karena mimpi saya hanya setinggi
pohon toge.
Saya terhentak begitu lama ketika teman saya
meneriakan sebuah quote yang dikutip dari novel yang dia rekomendasikan. “
JANGAN PERNAH REMEHKAN KEKUATAN MANUSIA KARENA TUHAN PUN TIDAK PERNAH”
Dari sebuah novel bujudul “2”. Ada banyak sekali
realita yang tersaji. Kita lihat sehari-hari fakta tentang kebenaran quote itu.
Tentang seorang anak bengal tanpa prestasi apapun, tidak disangka-sangka menjadi
mahasiswa universitas ternama. Dan lain-lain lagi ceritanya. Seolah ingin
kembali berteriak di telinga saya, Tuhan mengirimkan pesan dengan ceramah guru
saya siang itu. Saya masih ingat jelas kata-katanya. Dia bilang bahwa jalan
manusia itu berbeda-beda, ada yang sekarang pintar tapi ketika dia menjadi
mahasiswa prestasinya padam, tapi ada juga yang sekarang biasa-biasa saja tapi
sewaktu menjadi mahasiswa prestainya melejit luar biasa. Saya hanya melempar
senyum dengan seorang teman dan saya yakin otak kami sedang bertelepati. Indah
sekali rasanya, saat itu saya ingin berteriak dan memeluk semua orang. Setelah
hari itu saya tidak hanya bermimpi, saya punya impian. Sesuatu yang katanya
sulit dicapai. Setiap hari saya isi telinga dengan motivasi-motivasi. Seorang
teman saya mundur dari mimpinya masuk jurusan favorit di univ favorit juga,
alasannya adalah dia masih merasa kecil dan tak sebanding . Meski begitu saya
tak boleh terpengaruh, saya harus membiasakan dan mengkondisikan diri dengan
hal-hal yang positif. Saya sadar manusia hanya bisa berusaha dan Tuhan yang
lebih berkehendak. Tapi saya pun yakin Tuhan selalu punya rencana.God never
play dice. Begitulah saya meyakininya, karena kita adalah supir dari kehidupan
kita. Berhentilah jadi penumpang karena kita punya tujuan. Saya pernah
bercita-cita menjadi seorang astronom, agar saya bisa melihat keajaiban lebih
dekat. Tapi saya menyadari kemampuan untuk itu tidak lebih besar dengan kemampuan saya dalam hal yang lain. Begitulah,
keinginan dengan bakat memang harus diukur. Meski begitu saya meyakini semua
mimpi adalah baik jika kita berniat dan mengawali dengan tujuan yang baik pula.
Jadilah yang terbaik dimanapun kita ada. Karena didunia ini semua hal saling
melengkapi, tidak ada profesi yang saling mengungguli. Kaki saya sedang
melangkah menuju tangga itu, dengan bekerja sama dengan teman, kami saling membantu
dan mendukung. Sekali lagi lingkungan adalah salah satu faktor yang membuat
kita berlari atau jatuh tersungkur. Kami saling berbagi informasi dan tidak
saling sikut kanan kiri.
Bermimpilah dan miliki impian setinggi mungkin.
Gunakan jaringan yang ada, dengan begitu langkah kita menjadi lebih ringan.
Bermimpilah dengan niat dan tujuan untuk sesama, untuk bangsa, dengan begitu
manusia dapat menjadi benar-benar “manusia”.
ketika memandang langit, sangat luas
tanpa batas