Jadi setelah jatuh bangun, kamu benar-benar
bangun
Bangun, membuka mata dan memilih benih untuk
ditanam. Terbaik, benih yang sangat penting untuk ditumbuhkan.
Tak perlu panjang lebar diceritakan lagi
kisah kisah haru dan kesusahan untuk bangun sekarang. Cukup aku bilang itu
adalah masa-masa pancaroba. Pada akhirnya aku bangun kan? Bersyukur pada Tuhan.
Meskipun bangunku kesiangan, pada usia yang 21 tahun sekarang.
Ah ya! Benih itu yang paling penting. Setelah
memilih benih aku terlanjur merasa senang sampai-sampai aku keluar rumah dan
menyapa semua orang. Menyapa sampai larut malam hingga pagi buta, belum cukup
puas dengan menyapa, kulanjutkan dengan mengintip laku-laku para tetangga. Aku
ingin melihat apakah benih mereka lebih bagus dari punyaku? Bagaimana mereka
bahagia dengan benih yang menurutku tidak lebih bagus dari benih yang ku pilih
kemarin malam?
Dari RT ke RT, Kampung ke Kampung aku
berkelana, sampai-sampai lupa benih yang kutinggal dirumah, hingga aku
menemukan seseorang yang memiliki benih yang sama dengan yang kupunya, tapi aku
sangat terpukau, benih miliknya telah membesar, setiap saat membesar, bahkan
berdaun, berbunga dan hampir akan berbuah. Bunganya, sangat indah dan
berwarna-warni. Aku sangat terpesona. Lalu teringat benih kecil dirumah.
Teringat kalau lupa ditanam, disiram, dinyanyikan.
Aku kembali, menginsyafi kelalaian bahwa benih itu
adalah sesuatu yang kamu dapatkan di awal, dia akan menjadi sebenar benarnya
guna ketika kamu menumbuhkannya, membentuk akan tumbuh jadi apa.
Dan beberapa kelalaian lain yang aku sadari, kita
hanya harus memupuk keyakinan tentang pilihan. Kamu telah memilih sesuatu yang
Tuhan katakan terbaik! Maka cukuplah bagimu semua jaminannya, tak usah kau
menengok dan merasa haus akan warna kembang yang lain. Beberapa lama memelajari
beragam bentuk manusia seharusnya cukup membuat kamu paham bahwa setiap orang
mempunyai kecenderungan dan karya yang berbeda, setiap orang hanya layak
dibandingkan dengan dirinya sendiri, lampaunya dan dia saat ini. Kita juga
paham bahwa dunia selalu punya pesona paling picik untuk memikat, lalu
menjerat, kemudian menggulung dan menghinakan para hamba.
Terkadang sebuah jiwa merasa tidak puas dengan
dirinya sendiri karena ia belum mengenal baik tumpuannya, tujuannya. Terkadang kita
tidak cukup kuat melawan godaan halus para setan.
Pertama tama agar kau tidak melulu melihat yang lain,
kamu harus meluruskan pandangan pada dirimu sendiri, lalu kamu menetapkan titik
tempat tujuanmu bersemayam, langit! Dimana kerajaan Tuhanmu berdiri, lalu kamu tarik
garis dari titik tempatmu berdiri menuju langit diatas sana. Nah, selama hidup
ingat ingat tali itu, pegang erat-erat. Semua kebutuhan keluhan, harapan, bahan
bakar, dan semua kisah hidup sampaikan saja kesana. Pegang erat erat, kemanapun
ia membawamu, kamu ikut, setidaknya membuatmu mawas setiap harinya, siapa, bagaimana,
kemana, kapan, mengapa, dan apa sebenarnya kita.
Motivation is what u get started, habit is
what u keep going.-unknown
Iman adalah
mutiara didalam hati manusia lalu kamu harus bergerak menuju panggilan
panggilan agar sampai pada titik ketetapan akhir yang sudah dituliskan dengan
benar benar selamat.
“dan barang siapa yang berserah diri kepada
Allah sedang dia berbuat kebaikan, sesungguhnya dia telah berpegang kepada
buhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan”