Jarak, berjarak, antara perspektif, keberanian, dan rentang
masih antara aku, kamu, bahkan dia
yang menjadikan KITA.
jarak, rentang, adalah tentang banyak hal. Mereka bercerita tentang waktu-waktu yang terlewati. yang kita lewati bersama ataupun setelahnya. Tentang masalalu yang tidak seluruhnya manis, hingga saat sekarang, saat saling sapa dan bertemu dalam masa yang berbeda, agak lebih dewasa.
tapi entahlah, tentang perspektif "kita", yang berbeda satu dan yang lainnya. aku memandangmu begini, kaupun punya punya kacamata sendiri. Setelah bertambah usia, dan jarak juga rentang antara kita, sebaiknya ubahlah perspektif lama, menjadi lebih bijaksana.
selain menjadi waktu, rentangpun adalah tentang usia. Rentang yang ini pun membuatku memberanikan diri melihat kalian. menyapa dan menebar rasa
.
Sekali lagi tentang jarak, perspektif, keberanian, dan rentang yang semoga membuat kita semakin tidak "berjarak".
Dari Abdullah bin ‘Amr dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Orang yang menyambung silaturrahmi bukanlah orang yang membalas akan tetapi orang yang menyambung silaturrahmi adalah orang yang menyambungnya ketika dia itu terputus.” (HR. Al-Bukhari no. 5991)
وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ:
( وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ -
أَوْ لِأَخِيهِ- مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ) مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ
Dari
Anas bin Malik radhiallâhu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Tidaklah (sempurna) iman seseorang diantara kalian hingga dia
mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri". (H.R.
Muttafaqun 'Alaih).