Monday, February 29, 2016

Nenek Kehilangan

Tadi pagi-pagi sewaktu menunggui nenek di tempat tidur, aku melihat bulir-bulir bening itu telah lelah bertahan di liang mata, lelah menggenang di dasar hati dan kepala, jadi nenek mengijinkan semua bulir keluar liang  dan turun membanjiri pipi. dan nenek sangat kikuk ketika melihat aku datang sambil memandang pilu, lalu beliau terbata mengucapkan lima patah kata yang membuat aku kehabisan kata. 
panjang sekali hari-harimu, kehilangan yang terus menerus menghampiri tidak pernah lupa menagih para penggantinya, hanya kau lupa bahwa kau tidak pernah mengutang apapun, kau semakin kehilangan detik-detik yang sebenanya bisa lebih indah dari detik kebersamaanmu dengan mereka yang kau tangisi. Pada akhirnya kehilangan itu telah menipumu dengan menagih penggantinya, sisa sisa waktumu. Sisa sisa itu telah habis disiram tangis, padahal kau tidak pernah mengutang apapun, kau semakin kehilangan detik-detik yang sebenanya bisa lebih indah dari detik kebersamaanmu dengan mereka yang kau tangisi. bukankah kehilangan hanya tipuan waktu saja, tidak akan mengubah caramu memandang segala sisa seharusnya, bukankah kehilangan hanya tipuan waktu saja, para yang bernyawa akan menghilang juga, kita hanya tidak tahu nomor urutnya
Nek, aku ikut ikutan merasakan malam dan siang yang panjang ketika menungguimu, merasa gemas dan kebingungan saat ingin menyanyikan lagu yang patah tumbuh dan yang hilang berganti. apakah menyayat seperti belati? diam-diam aku tetap bernyanyi, berjanji liburan yang akan datang akan cepat cepat pulang. 
Nek, tidak ada kehilangan yang berarti semestinya, selama kita tahu kemana para kesayangan itu berlabuh, selama kita tahu mereka baik baik saja tidur di jaga cahaya para tabungan ayat, Nek,  tidak ada kehilangan yang berarti semestinya selama kita tahu kita akan dikumpulkan lagi di syurgaNya .
 
blogger template by arcane palette