Tuesday, May 19, 2015

Tentang Apa?

Pernahkah kita me-refleksi bagaimana hubungan kita dengan Allah saat ini? bagaimana cara kita meregulasi emosi?
bagaimana cara kita mengatur segala urusan?
bagaimana cara kita menempatkan segala sesuatu pada tempatnya?
ide pada aksi?
Bandingkanlah keadaannya dengan waktu-waktu lalu ketika semua iman dan amal kita tidak lebih baik dari sekarang!
Apakah kita akan dengan bangga berkata bahwa semuanya adalah hasil kerja pribadi?
“Sesungguhnya tiada daya dan upaya kecuali pertolongan Allah“
ketika kita bertambah keimanan, itu adalah kasih sayang Allah yang masih memberi kita tambahan waktu dan kesempatan. Harta yang tidak dijual. kita dipilihkan. :(
Dunia saat ini :(
semakin menyelami Islam, Nabi Muhammad, Ayat-ayat qouliyah, qouniyah Allah, Allahu, semakin ngeri, semakin sakit dengan dunia saat ini :(
Sore tadi Nisa berkesampatan ikut mengajar di desa binaan, ada banyaaak lampu lampu hidup padam dikepala. Ketemu anak hydrocephalus yang pemalu, berdiri diluar tanpa teman, sulit diajak kedalam untuk belajar, sampai akhirnya kami berhasil duduk melingkar dengan satu orang murid “pemalu“ lainnya. Mereka semua butuh dibimbing, semuanya, semua anak-anak disini menurutku.
Pemuda! Siapakah kamu?
ingin sekali berteriak berkata AKU! tapi bukan seperti aku saat ini. :(

Tulisan ini, hanya kapas kapas yang ingin segera dibuat jadi kain agar tak lupa dan menguap.
Belum selesai dijait, belum selesai dipola.

Aku bersyukur dengan jalan Allah yang telah dipilihkan sampai usia saya detik ini, termasuk bersyukur atas pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran akan Islam sebagai “hidup”, selanjutnya predikat pemuda untuk kita yang mempunyai fungsi dan peran seperti yang telah dicontohkan dalam sejarah-sejarah lalu. Sejarah yang mana? Sejarah Rasululloh, Nabi-nabi, sahabat, dan orang -orang Muslim yang sangat layak dijadikan teladan. Mereka semua nyata, hidup seperti kita hidup, masih menggali, karena pemuda bukan bicara usia, ia bicara mentalitas dan semangat juang. Mereka dibutuhkan dalam setiap jiwa jiwa setiap individu dalam menghadapi dunia “gila” saat ini.
Semangat Muda, bukan semangat orang berusia Muda-

TRAGEDI ROHINGYA

https://www.selasar.com/politik/rohingya-adalah-kita

Lintasan pikiran?



Hati-hati jika keimanan hanya sekedar lintasan pikiran saja, bukan kumpulan kesadaran yang dalam” 

Lintasan pikiran?

sesuatu yang membuatmu terhanyut, sesaaat, seperti karena euporia atau hal hal seperti terkagum kagum sesaat, seperti pada katakata petuah  luarbiasa yang lamalama jadi biasa, tanpa nyawa, atau pada bungkus sebuah “harakah” sehingga lupa pada isi yang utama. Hanya lewat tanpa ingin menjadi bagian kita.
Sesungguhnya mereka  dan kawan-kawannya adalah penggoda yang tipuannya sangat halus dan menerkam perlahan, terkadang memunculkan banyak  dosa dosa lain yang tak terasa.

Friday, May 8, 2015

Teman Kita

“Jika kita meyakini bahwa Allah telah mengatur segala urusan kita dengan sangat baik, sesuai takaran, sesuai kemampuan, dan semuanya adalah anugerah, maka kenapa kita masih khawatir dan gelisah dengan teman pilihanNya? “
“Seperti Dia yang telah memilihkan orangtua untuk kita, tidak ada keniscayaan, orangtua kita adalah takdir yang tidak akan pernah bisa kita tampikan, kita rela, ridha, haru, bersyukur sangat dalam telah menjadi amanah mereka“
“Maka jatuh cinta bagiku, bisa pada siapa saja,
jatuh cinta dengan alasan. Jika pun ada kecenderungan, selalu ingatlah ada sang Maha pembolak balik hati, masa depan kita masih terhijab waktu“
“Hiduplah dengan caraNya, yang penting bukan siapapun, tapi bagaimanapun aku “
“Belajar dari Bunda Asiyah, Khadijah, Aisyah, Fatimah, Asma bint Abu Bakar”
“Belajar dari Nabi Nuh, Umar bin Abdul Aziz, Salman Al Faris“
Takdir-takdir Allah yang sangat tak terjangkau oleh nalar-nalar manusia, kenapa masih tergoda oleh yang rendah?
Menjaga diri adalah bentuk ketaatan dan keyakinan, bahwa kita punya takdir yang dipilihkan, waktunya, tempatnya, temannya.
Sederhana saja, masih banyak rasa lezat yang didapatkan tidak hanya pada rasa manis. Bahkan pahit sangat lezat karena memang tempatnya.
Sederhana, sesuai caraNya, serahkan saja.

Thursday, May 7, 2015

Sahutan sajak para anak dandelion

Jika perpisahan menyisakan tangis, maka pertemuan harus disadari sementara dan kepemilikan harus dimaknai hanya titipan. Namun, tetap saja cinta dan rindu bukan titipan, dia lahir karena ada hati, maka jagalah hati agar bisa bermain rasa sesuai dg aturan pemilik hati. Sehingga tangis hanya sebentar mengantarkan kepergian, sementara.Ada pelangi datang lebih dulu
 
Dari hujan yang belum reda
Ada sedu dan rindu
Datang lebih sering
Dari pelangi di musim hujan
Tentang hidup kita yang semakin beranjak,
 menyusuri jalan menjauhi rumah dan halaman
Tabahlah menghadapi kefanaan, berusaha mengemudi “hidup” sesuai tujuan penciptaan
Kelak, panggilah, saling memanggil nama-nama kecil kita, nama ibu dan bapa,
Panggilah namaku jika tak kalian temukan aku di Syurga

Tentang rindu yg bersahutan dalam puisi, maka kita pahami bahwa kita saling mencintai meski kala kanak dulu sering kita membuat ibu marah karena pertengkaran. Kita menyadari, semakin tumbuh dewasa, semakin jauh dari tanah kelahiran, dari tempat kita dibesarkan. Semakin dewasa kita, semakin jarang wajah ibu dan bapak kita pandang. Diantara kejauhan kita menyadari  betapa penting kehadiran ibu dan bapak, namun kita sadar diri bahwa dewasa tanda kita harus mandiri. Kenanglah sejenak masa- masa ketika kita merasa ibu dan bapak tdk menyayangi kita karena tak di belikan mainan atau dipukul karena bermain terlalu lama. Sadarilah, bahwa kita melupakan tentang satu hal, doa terbaik dari mereka. Lalu, tak usah menyimpan dendam.
Kini, kita terpisah jarak, ada banyak kesibukan sebagai alasan u tetap menetap d perantauan. Namun, harap terbesar adalah syurga menjadi tempat terbesar perkumpulan kita. Shalehlah, saatnya kita menshalehkan diri kita di tempat masing- masing, agar kelak syurga menjadi saksi kasih sayang antara kita.
RimaGaniNisa yang mulai terbang, jauh, sendirian~

Sunday, April 19, 2015

Menguatkan Akar


Lemah lembut cangkang keong
Cangkang keong
Apakah selembut bulu
Apakah selemah suara bidadari?
Apakah cangkang keras yang melindungi daging keong mahalembut?

Bukankah dia mendapatimu dalam keadaan bingung,
Lalu dia memberimu petunjuk,
Bahkan untuk membangun rangka baja sebuah sayap
Butuh beberapa tahun, butuh belasan tahun dalam hitungan umur manusia,
Butuh banyak waktu,
Agar bisa terbang, lebih benar, lebih jelas, lebih tinggi

Semakin melihat kedalam semakin melihat yang benar
Semakin malu dengan cangkang
Sama sekali tidak lemah lembut daging keong didalamnya

Allah maha baik,
Semua sesuai takarannya,
Semua sesuai pilihannya,
Jika sedih, hanya berani mengadu, mengeluh, mengalirkan hujan dipipi pada yang Memilihkan
Tidak malu, tapi merasa bersalah dan merasa haru setelahnya
Jawaban jawaban ada pada hati yang bersih dan pada segala FirmanNya.

Masih diperjalanan,
Ada banyak jalan bercabang,
Ada yang sok soleh, setengah sholeh, soleh tuleen,
Bukan seperti itu, bisa jadi celupan Allah masih seperempat, hanya setengah, seluruhnya
Sibgoh Allah
Celupan Allah, adalah
Celupan paling baik

Sering-seringlah berkaca, pada kaca dikamar, pada kaca tetangga
Sering – seringlah berdialog pada diri sendiri dengan hati
Ia butuh dijaga
Butuh disapa, butuh dihargai, butuh ditunjukkan jalan,,,

Ketika memulai lagi perjalanan, benar-benarlah membuka petunjuk jalan
Sehari harus lebih dari sekali,
Lebih baik lagi jika dihapal
agar lebih dekat ketujuan
agar berjalan dengan cara yang benar
ada banyak jalan, cara, rencana
pilihlah dengan bijaksana, dengan menggunakan aturan, dengan menggunakan Al-Quran

selamat malam, notulensi hati untuk hari ini.
Nisa sedang melihat langit langit kamar dan langit betulan diluar jendela
Ingat ibu, ingat rumah dan ingat jalan.

Sunday, April 12, 2015

#AsasCTB #SaudaramuAmanahmu

Hello, Assalamualaikum  :)
Apa kabar saudara yang makin hari usianya berkurang yang (seharusnya) semakin dewasa (juga tua). Menyoal tentang hidup, ada ujiannya, ada naik kelasnya, tapi terkadang usia dan naik tingkat membuat kita secara otomatis dan sistematis mempunyai amanah dan tanggungjawab lebih berat.
Persis seperti sekarang, Allah menitipkan beberapa bocah besar-besar menjadi adik-adik unyu hehehe. Pada dasarnya, beberapa sifat saya yang cukup melekat membuat proses adaptasi menjadi seorang “Kakak” menjadi agak sulit.
Selamanya menjadi adik bungsu, introvert, cuek, plagmatis, dan terkadang lupa usia, lalu hadir kalian, mendaftar untuk ikut-ikutan berlayar. Berani juga pikirku.
Menjadi sebuah keluarga dengan saya sebagai “Kakak“, Allah maha tahu bagaimana nasib kalian haha, dan bagi saya, menemukan dan dititipi kalian adalah ujian yang butuh ribuan cara untuk menemukan ratusan jawaban. Dek, seribu cara  untuk bisa beriringan bersama kalian T_T
Kakak banyak melamun, tapi alhamdulillah lamunan ini adalah perenungan yang menghasilkan. Hakikatnya, Kakak dan adek-adek sekalian sedang hidup, berniat dan memulai untuk mengazzamkan diri menjadi jundi, berusaha menjadi Hambanya Allah yang optimal, nah Allah telah menakdirkan kita ada dalam perahu yang sama, dalam kafilah dakwah yang satu tuju, maka bagi saya sejatinya “Amanah itu pembelajaran, amanah itu cambukan”. Belajar menjadi Kakak yang memandu adik dan memandu dengan segala yang bisa Kakak berikan, jadi jika sekarang tidak banyak yang bisa Kakak berikan, percayalah Kakak tidak sekedar berjalan, Kakak sedang belajar berlari agar bisa memandu kalian lebih cepat, agar kita bisa lebih melesat.
#SaudaramuAmanahmu Karena kalian tertakdir sebagai Adik-adik lucu yang harus dijaga
#AsasCTB (Asas Cinta Tak Berbalas) hihi karena saya tidak boleh menyerah, karena Uhibbukum Fillah 

 
blogger template by arcane palette