aamin allahumma aamiin :)
adakah kamu, rindu kutinggali
hidup yang semakin sempit saja, berlari tanpa mimipi,
lupa menarik sepatu, lupa pada tas yang masih terbuka,
pelan sedikit nak,
berlari itu, mengikat sepatu,
pelan sedikit nak,
setelah sepatu, apa yang kau bawa pada tas yang terbuka?
sabar nak, setelah berlari itu, jangan lupa mimpimu dibawa
angin juga harus kau sapa ~~~
Showing posts with label poems. Show all posts
Showing posts with label poems. Show all posts
Monday, January 13, 2014
Sunday, May 6, 2012
Secret Admirer
Secerah mentari pagi
Bahkan bulan dalam gelap malam
Begitulah pangeran
Bukan hanya tentang rupamu itu
Bahkan namamu menggema dalam duniaku
Bukan hanya tentang kamu
Duniamu itu Putih susu
Kanvas tanpa warna abu
Tak sepertiku
Ah, pangeran
Diammu, kata mu
Mengusikku
Tertunduk malu selalu
Aku tahu
Tuhan menyuruhmu begitu
Meski seribu kata
Bersarang dikepala
Takjubku hanya
mangagumimu tanpa suara
Malam yang hening
meski pikir dilanda badai
Monday, October 25, 2010
SONNET

SONNET #1
by: William Shakespeare
ROM fairest creatures we desire increase,
- That thereby beauty’s rose might never die,
- But as the riper should by time decease,
- His tender heir might bear his memory;
- But thou, contracted to thine own bright eyes,
- Feed’st thy light’s flame with self-substantial fuel,
- Making a famine where abundance lies,
- Thyself thy foe, to thy sweet self too cruel.
- Thout that are now the world’s fresh ornament
- And only herald to the gaudy spring,
- Within thine own bud buriest thy content
- And, tender churl, mak’st waste in niggarding.
- Pity the world, or else this glutton be,
- To eat the world’s due, by the grave and thee.
SONNET #2
by: William Shakespeare
HEN forty winters shall besiege thy brow
- And dig deep trenches in thy beauty’s field,
- Thy youth’s proud livery, so gazed on now,
- Will be a tottered weed of small worth held:
- Then being asked where all thy beauty lies,
- Where all the treasure of thy lusty days,
- To say within thine own deep-sunken eyes
- Were an all-eating shame and thriftless praise.
- How much more prasie deserved thy beauty’s use
- If thou couldst answer, ‘This fair child of mine
- Shall sum my count and make my old excuse,’
- Proving his beauty by succession thine.
- This were to be new made when thou art old
- And see thy blood warm when thou feel’st cold.
SONNET #3
by: William Shakespeare
OOK in thy glass, and tell the face thou viewest
- Now is the time that face should form another,
- Whose fresh repair if now thou renewest,
- Thou dost beguile the world, unbless some mother.
- For where is she so fair whose uneared womb
- Disdains the tillage of thy husbandry?
- Or who is he so fond will be the tomb
- Of his self-love, to stop posterity?
- Thou art thy mother’s glass, and she in thee
- Calls back the lovely April of her prime;
- So thou through windows of thine age shalt see,
- Despite of wrinkles, this thy golden time.
- But if thou live rememb’red not to be,
- Die single, and thine image dies with thee.
SONNET #4
by: William Shakespeare
NTHRIFTY loveliness, why dost thou spend
- Upon thyself they beauty’s legacy?
- Nature’s bequest gives nothing but doth lend,
- And, being frank, she lends to those are free.
- Then, beateous niggard, why dost thou abuse
- The bounteous largess given thee to give?
- Profitless userer, why dost thou use
- So great a sum of sums, yet canst not live?
- For, having traffic with thyself alone,
- Thou of thyself thy sweet self dost deceive:
- Then how, when Nature calls thee to be gone,
- What acceptable audit canst thou leave?
- Thy unused beauty must be tombed with thee,
- Which, usèd, lives th’ executor to be.
Aku

AKU
Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Sunday, October 17, 2010
Ingin bertemu...........
.jpg)
bersama secangkir kopi, nikmati kata yang tak tertuang dalam
hanya angin lalu yang sibuk berjalan...
datang lagi dan terus begitu..
sampai dia diam ingatkanku pada suatu hal...
dimensi itu, menyapaku seperti dulu
bukakan catatan lama tentang dia,
lihat itu,,aku rindu,,,
Teman,
angin lagi
membisikan tawa lama kita
kau terlalu jauh
hingga ku terjatuh
kau tetap berlari, tak biarkanku mengejar lagi...
semoga ada saat kita bersama
Tuesday, September 28, 2010
Jalan Ini...
Monday, May 31, 2010
annabel lee (edgar alan poe)
It was many and many a year ago,
In a kingdom by the sea,
That a maiden there lived whom you may know
By the name of Annabel Lee;
And this maiden she lived with no other thought
Than to love and be loved by me.
I was a child and she was a child,
In this kingdom by the sea,
But we loved with a love that was more than love--
I and my Anabel Lee--
With a love that the winged seraphs of Heaven
Coveted her and me.
And this was the reason that, long ago,
In this kingdom by the sea,
A wind blew out of a cloud by night
Chilling my Annabel Lee;
So that her highborn kinsmen came
And bore here away from me,
To shut her up in a sepulchre
In this kingdom by the sea.
The angles, not half so happy in Heaven,
Went envying here and me:
Yes! that was the reason (as all men know,
in this kingdom by the sea)
That the wind came out of the cloud, chilling
and killing my Annabel Lee.
But our love it was stronger by far than the love
of those who were older than we --
of many far wiser than we --
And neither the angles in Heaven above
nor the daemons down under the sea,
Can ever dissever my soul from the soul
of the beautiful Annabel lee:
For the moon never beams without bringing me dreams
Of the beautiful Annabel Lee;
And the stars never rise but I see the bright eyes
Of the beautiful Annabel Lee;
And so, all the night-tide, I lie down by the side
Of my darling, my darling, my life and my bride,
In her sepulchre there by the sea-
In her tomb by the side of the sea.
In a kingdom by the sea,
That a maiden there lived whom you may know
By the name of Annabel Lee;
And this maiden she lived with no other thought
Than to love and be loved by me.
I was a child and she was a child,
In this kingdom by the sea,
But we loved with a love that was more than love--
I and my Anabel Lee--
With a love that the winged seraphs of Heaven
Coveted her and me.
And this was the reason that, long ago,
In this kingdom by the sea,
A wind blew out of a cloud by night
Chilling my Annabel Lee;
So that her highborn kinsmen came
And bore here away from me,
To shut her up in a sepulchre
In this kingdom by the sea.
The angles, not half so happy in Heaven,
Went envying here and me:
Yes! that was the reason (as all men know,
in this kingdom by the sea)
That the wind came out of the cloud, chilling
and killing my Annabel Lee.
But our love it was stronger by far than the love
of those who were older than we --
of many far wiser than we --
And neither the angles in Heaven above
nor the daemons down under the sea,
Can ever dissever my soul from the soul
of the beautiful Annabel lee:
For the moon never beams without bringing me dreams
Of the beautiful Annabel Lee;
And the stars never rise but I see the bright eyes
Of the beautiful Annabel Lee;
And so, all the night-tide, I lie down by the side
Of my darling, my darling, my life and my bride,
In her sepulchre there by the sea-
In her tomb by the side of the sea.
Thursday, May 6, 2010
yappy..
Terbang kealam
Yang tak teraba alam luar…
Menyakitkan
ataukah menyenangkan?
Yang jelas itu
Menyudahi kesakitan…
Sakit yang dia rasa sendirian
Tanpa teman…
Dan saat itu kau terbang melayang
Tanpa aku yang sepi sendiri…
Kau pergi mengikuti
Alunan lagu melodi
Kematian kunamakan….
…………………………
………………………….
…………………………
Senyuman itu kan ku rindu
Dan ku ragu
Menyaksikan lidah kelu terbujur kaku…
Kau tahu?
Disana lebih indah
Dari apa yang terawang
Yang tak teraba alam luar…
Menyakitkan
ataukah menyenangkan?
Yang jelas itu
Menyudahi kesakitan…
Sakit yang dia rasa sendirian
Tanpa teman…
Dan saat itu kau terbang melayang
Tanpa aku yang sepi sendiri…
Kau pergi mengikuti
Alunan lagu melodi
Kematian kunamakan….
…………………………
………………………….
…………………………
Senyuman itu kan ku rindu
Dan ku ragu
Menyaksikan lidah kelu terbujur kaku…
Kau tahu?
Disana lebih indah
Dari apa yang terawang
sepenggal episode
Sepotong episode
Resah membalut setiap lembaran
Membingungkan
Menapaki hari dengan tiada arti
Kadang kisahku
Menyayat memilukan
Merindukan sebuah ketenangan
dan kadang ku terdampar
diantara keremangan
angkuhnya sebuah kehidupan
harapan yang terpendam
adalah penggalan episode
saat ku menemukan diriku
yang hilang
Resah membalut setiap lembaran
Membingungkan
Menapaki hari dengan tiada arti
Kadang kisahku
Menyayat memilukan
Merindukan sebuah ketenangan
dan kadang ku terdampar
diantara keremangan
angkuhnya sebuah kehidupan
harapan yang terpendam
adalah penggalan episode
saat ku menemukan diriku
yang hilang
n-i-c-h-a
Penggalan episode tak jua mmeberiku arah
Tak secerah mentari hati ini pudar terhalang aral…
Tapi jiwa ini terus menanti
Butiran masa lalu dan esok hari
Tuhan …
Petunjuk arah …
Tuhan
Disini sepi
Hitam pekat tak terlihat…
Sehina ininkah diriku…..
Tak secerah mentari hati ini pudar terhalang aral…
Tapi jiwa ini terus menanti
Butiran masa lalu dan esok hari
Tuhan …
Petunjuk arah …
Tuhan
Disini sepi
Hitam pekat tak terlihat…
Sehina ininkah diriku…..
Teruntuk para sayap pembangun jiwa…
Apakah benar tentang ini,
tentang aku, kamu, tentang kita...
tentang rasa, tentang luka, tentang hidup
Teman
Ratusan, ribuan,
atau mungkin jutaan maap
hadir lewat ukiran tinta sederhana
terlalu lama penuhi hasrat rasa
atas noda yang tak pernah pudar ,lalu tetap diam tak pernah hilang..
adalah diri ini yang hanya diam dalam remang keyakinan
sendirian,,
menengok tapi tak pernah melangkah memastikan...membiarkan..
entah karena apa, diam terlalu lama ku lakukan,, diam atas pengliahatan pendengaran, perasaan,,atau apapun..
atas hidup yang kita lalui bersamaan...
ada salah ada keliru, ada rasa yang tak teraba..
buat aku kelu dan tak beranjak dari singgasana raja
sekadar bincangakan sebuah kebenaran, sebuah keyakinan. Kau tahu teman? Rasanya indah , dan terasa sakit ketika ku ingat bahwa aku tak bersamamu disana, tak ada rangkulan atau sekedar berpegangan tangan..
„maapkanlah segala hilap yang telah kita lewati tlah membawamu kedalam jalan yang melupakan tuhan...“
Garut, 09 02 2010-
Nisa
tentang aku, kamu, tentang kita...
tentang rasa, tentang luka, tentang hidup
Teman
Ratusan, ribuan,
atau mungkin jutaan maap
hadir lewat ukiran tinta sederhana
terlalu lama penuhi hasrat rasa
atas noda yang tak pernah pudar ,lalu tetap diam tak pernah hilang..
adalah diri ini yang hanya diam dalam remang keyakinan
sendirian,,
menengok tapi tak pernah melangkah memastikan...membiarkan..
entah karena apa, diam terlalu lama ku lakukan,, diam atas pengliahatan pendengaran, perasaan,,atau apapun..
atas hidup yang kita lalui bersamaan...
ada salah ada keliru, ada rasa yang tak teraba..
buat aku kelu dan tak beranjak dari singgasana raja
sekadar bincangakan sebuah kebenaran, sebuah keyakinan. Kau tahu teman? Rasanya indah , dan terasa sakit ketika ku ingat bahwa aku tak bersamamu disana, tak ada rangkulan atau sekedar berpegangan tangan..
„maapkanlah segala hilap yang telah kita lewati tlah membawamu kedalam jalan yang melupakan tuhan...“
Garut, 09 02 2010-
Nisa
oh friend...
Tak bisa kuukir kata yang pantas untuk kau baca
Lewat prasangka, kucoba membuka lembaran lama
Ternyata masih lekat kau mengingat
Singgasana diatas singgasana
Yang tak pernah kubangun itu
Adakah hati yang tak bisa mengadili?
K`tika lidah b`ucap m`nrut kehendak
Disini
Hati itu tertancap belati
Tangan ini bisa jadi saksi
Bahwa dia tak pernah
Mendirikan bangunan diats bangunan itu.
Tapi..
Mata ini selalu memandangi
Uluran kasih dan pelukan hangat
Banyak malaikat
Yang t`cecer mengiringi
Setiap langkah hadirmu
Dan mata ini menjadi saksi
Tak ada bangunan yang lebih kokoh dari
Yang kau rasakan!
Dan jika satu bangunan rapuh
Kau masih m`punyai bangunan lain utk kau singgahi. …
Tapi..
betapa pentingnya arti satu bangunan utk ku
tak kan kukurangi aplagi
Menambah tingkatan diatasnya.
Lihatlah dunia dari segala posisi bumi.
Lewat prasangka, kucoba membuka lembaran lama
Ternyata masih lekat kau mengingat
Singgasana diatas singgasana
Yang tak pernah kubangun itu
Adakah hati yang tak bisa mengadili?
K`tika lidah b`ucap m`nrut kehendak
Disini
Hati itu tertancap belati
Tangan ini bisa jadi saksi
Bahwa dia tak pernah
Mendirikan bangunan diats bangunan itu.
Tapi..
Mata ini selalu memandangi
Uluran kasih dan pelukan hangat
Banyak malaikat
Yang t`cecer mengiringi
Setiap langkah hadirmu
Dan mata ini menjadi saksi
Tak ada bangunan yang lebih kokoh dari
Yang kau rasakan!
Dan jika satu bangunan rapuh
Kau masih m`punyai bangunan lain utk kau singgahi. …
Tapi..
betapa pentingnya arti satu bangunan utk ku
tak kan kukurangi aplagi
Menambah tingkatan diatasnya.
Lihatlah dunia dari segala posisi bumi.
Wednesday, August 19, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)